Aysha Ayunda Akbar1, Nur Hikmawaty Syarifuddin2
1Program Studi Ilmu Gizi, Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Semarang, Semarang
2Program Studi Ilmu Gizi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Hasanuddin, Makassar
1. PENDAHULUAN
Pada bulan April 2007, wabah penyakit yang ditandai dengan ruam, arthralgia, dan konjungtivitis dilaporkan pada Pulau Yap di Negara Federasi Mikronesia. Sampel serum dari pasien fase akut terkandung RNA dari virus Zika (ZIKV), flavivirus dalam keluarga yang sama seperti demam kuning, dengue, West Nile, dan virus ensefalitis Jepang. Temuan ini menunjukkan bahwa virus Zika telah menyebar di luar rentang geografis.[1]
Virus Zika termasuk dalam family Flaviviridae dan genus Flavivirus. Pada manusia, virus ini dapat menyebabkan demam ringan yang disebut dengan demam Zika atau penyakit Zika. Masa inkubasi (waktu dari paparan gejala) penyakit virus Zika tidak jelas, tetapi mungkin beberapa hari.[2]
Virus Zika sebenarnya sudah ditemukan pertama kali pada bulan April 1947 dari rhesus monyet macaque yang dikurung di hutan Zika, di wilayah Uganda, dekat sungai Victoria, oleh peneliti dari Institute Demam Kuning. Hal ini kemudian diidentifikasi pada manusia pada tahun 1952 di Uganda dan Republik Tanzania. Wabah penyakit virus Zika telah tercatat di Afrika, Amerika, Asia dan Pasifik.[2,3]
Infeksi virus Zika disebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes yang terinfeksi, biasanya menyebabkan demam ringan, ruam, konjungtivitis, dan nyeri otot. Gejala-gejala ini biasanya ringan dan berlangsung selama 2-7 hari. [1,2,4,5]
Pada Mei 2015, Pan American Health Organization (PAHO) mengkonfirmasi munculnya virus Zika di Brazil. Wabah di Brazil ini menyebabkan sindrom Guillain-Barré, wanita melahirkan bayi cacat dan hasil kehamilan yang buruk. [6]
Selama wabah besar di Polinesia Prancis dan Brazil di masing-masing 2013 dan 2015, otoritas kesehatan nasional melaporkan potensi komplikasi neurologis dan auto-imun penyakit virus Zika. Baru-baru ini di Brazil, pihak berwenang kesehatan setempat telah mengamati peningkatan infeksi virus Zika di masyarakat umum serta peningkatan bayi yang lahir dengan microcephaly di timur laut Brazil.[2]
Di Indonesia, Lembaga Eikjman telah melaporkan kehadiran virus Zika kepada Kementerian Kesehatan. Peneliti Eikjman Institute menemukan virus tersebut saat terjadi wabah demam dengue di Provinsi Jambi pada periode Desember 2014 sampai April 2015.[7]
Penulisan artikel ini bertujuan untuk membahas lebih jauh mengenai virus Zika yang mulai meluas begitu cepat hingga WHO pun menyatakan penyakit yang terkait dengan virus Zika di Amerika Latin sebagai keadaan darurat kesehatan global yang memerlukan tanggapan terpadu, cara penyebaran, gejala dan dampak dari virus ini.[8]
2. PEMBAHASAN
(artikel lengkap dapat didownload di JURNAL BIMGI, pilih BIMGI Vol 4 No 1. Download juga jurnal gizi lainnya di link yang sama)
0 Response to "VIRUS ZIKA, BUKAN VIRUS BARU YANG MEMATIKAN"
Post a Comment