Sayonara, My Unpredictable 18

July 1st 2015, and I'm 19 y.o now.

Terlalu banyak kenangan dalam setahun terakhir. Kenangan bahagia, kenangan sedih, semua ada di setahun terakhir, di usiaku yang ke 18.

Di usiaku yang ke 18,
aku lepas dari gelar "siswa", em mungkin bukan lepas tapi nambah gelar maha di depannya. "Mahasiswa".

Di usiaku yang ke 18,
aku masuk ke dunia yang bawa aku ke dunia yang sesungguhnya. Dunia perkuliahan. Yah, banyak pertimbangan untuk masuk ke dunia ini. Dan pada akhirnya pilihanku jatuh pada ilmu gizi. Aku bersyukur, semakin lama di dunia ini aku semakin mencintai ilmu gizi. Memang lebih banyak sulitnya, karena-harus kupertegas-ilmu gizi bukan hanya soal memasak. Bukan. Kami harus belajar berkomunikasi untuk bisa jadi konsultan gizi. Kami harus bisa mempelajari dan memahami proses yang ada di dalam tubuh baik dari fisiologi, biokimia, dan yang lain karena yang kami hadapi adalah manusia. Kami tidak harus ahli dalam memasak, tapi kami harus bisa memasak, karena kami yang akan memberikan resep makanan/minuman apa yang harus diberikan pada pasien kami. Sedikit menyulitkan, tapi aku benar-benar bersyukur bisa ada di dunia ini.

Di usiaku yang ke 18,
pertama kalinya donor darah. Yap, bisa menyumbangkan sedikit darahku untuk orang yang membutuhkan adalah sebagian kecil dari harapanku dari kecil. Karna di SMK aku sering mimisan juga berat badan tidak mencukupi aku harus berjuang untuk tetap sehat supaya darahku keluar ngga sia-sia :')

Di usiaku yang ke 18,
seperti yang orang bilang, ada kemauan, ada jalan. Bunda melihat kesungguhanku dalam belajar bahasa jepang karena aku ingin ke Jepang. Banyak yang ingin kulakukan disana dan tulisan ini akan menjadi sangat sangat panjang jika keinginanku kutulis disini. Jadi, bunda memasukkanku ke suatu tempat les bahasa. Disana banyak bahasa yang ditawarkan, dan tentu saja aku memilih bahasa jepang. Pada awalnya aku merasa ingin keluar. Sensei ku bisa dibilang cukup cepat dalam memberi materi dan kami harus selesai 1 level dalam 3 bulan. Sulit, tapi menyenangkan karna aku melakukannya bersama teman-teman seperjuangan ^^

Di usiaku yang ke 18,
banyak hal yang terjadi di keluarga kecilku. Banyak hal tak terduga, dan sedikit menyedihkan. Tapi bunda selalu bilang "apapun yang terjadi, tetap syukuri. Boleh sedih kok, kita kan manusia biasa, tapi jangan berlarut-larut. Ambil hikmahnya, jadikan pelajaran. Ya, sayangnya bunda?"

Di usiaku yang ke 18,
aku harus pisah dengan banyak orang yang kusayang. Temen-temen yang harus kerja/kuliah di luar kota mungkin masih bisa kutemui entah kapan, tapi ada yang tidak bisa kutemui karena mereka sudah pergi dari dunia ini. Engkong, momo, mungkin mereka yang paling berat untuk kuterima kepergiannya. Disini, aku hanya ingin berterima kasih, sudah hadir di hidupku, menyayangiku, 'menjaga'ku, dan melakukan hal-hal manis lainnya. Aku sayang kalian :))

Di usiaku yang ke 18,
aku dipertemukan dengan banyak teman. Mereka keluarga baruku. Ada teman sekamar; Fay, Widi, mbak Anik. Teman sekelas; Dewik, Comal, Teteh, kak Tika, Anan, Hiruka, dan yang lain. Teman seperjuangan ke Jepang, teman les bahasaku; Kak Ghea, Kak Made, Hans, Brenda, juga kak Vivo.

Aku juga punya teman baik di Gifu, Jepang, yang karakternya hampir benar-benar mirip denganku. Kami punya banyak kemiripan, hampir dalam apapun. Makanan favorit, hewan favorit, dan dia orang yang pertama kali bisa kuajak diskusi dalam hal apapun. Dan lagi, orang ini, laki-laki ini, mau repot-repot cerewet, 'menjaga', memahami, dan melakukan hal-hal yang membuatku merasa "aku punya seseorang yang benar-benar memahamiku tanpa aku berusaha memintanya memahamiku". Dakara, hontou ni arigatou, mas Fajar :)

Dan, aku bersyukur dipertemukan dengan mereka semua.

Di usiaku yang ke 18,
aku merasa semakin dekat dengan keluarga kecilku; bunda, mbak juga adek. Tapi aku juga ngrasa makin jauh dengan keluargaku yang lain. Atik, Denthy, Dika, Kai, Zahra, Fiza, Nada, Diko, Lulut, Mbahe, Eva juga Angga. Kami lebih sering berkomunikasi melalui media sosial. Yah, banyak hal yang membuat keadaan jadi gitu. Tapi aku pengen ngasih tau kalian, kalo kalian masih yang terbaik.

Dan untuk Dika, terimakasih udah mau berkunjung ke Semarang lagi setelah sekian tahun haha. Terimakasih udah maksa buat dateng ke rumah, ketemu bunda, mbak, adek, juga kucing-kucingkuu hehe. Maaf banyak merepotkanmu selama ini.

Di usiaku yang ke 18,
aku berusaha lebih mencintai Allah-ku. Aku berusaha mendekatiNya, merayuNya, meminta maaf padaNya, karna.. yah.. Aku sering melakukan hal bodoh yang merugikanku. Aku bersyukur karna aku masih sering diperingatkan olehNya jika aku mulai melakukan hal bodoh lagi.

Dan di usiaku yang ke 19,
aku tidak akan pernah melupakan hal-hal yang terjadi dalam setahun terakhir ini, di tahun ke 18 ku kemarin. Hal-hal menyenangkan, hal-hal menyedihkan, semua yang ada dalam setahun terakhir.

Terima kasih juga untuk readers yang mau baca tulisan yang kubuat dari hati terdalam ini :3
Tanpa kalian, bagian "Total Visitors" hanya berisi ratusan angka. Tapi kalian membuatnya menjadi puluh ribuan angka. Karena itu, sekali lagi, terima kasih ^^

Sayonara, my unpredictable 18

Welcome, my ... 19 :)))))))


Semarang, 1 Juli 2015

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Sayonara, My Unpredictable 18"

Post a Comment