31 Oktober 2013 (2)

akhirnya bisa pulang dengan tenang juga,

tadinya aku berpikir begitu. sayang, Allah merencanakan hal lain. aku tidak bisa pulang dengan tenang karena..

.. 
~~~
..tanpa sengaja bertemu 2 anak kecil yang sedang berjalan berdua di dekat terminal di siang hari. saat itu cuaca panas. sepertinya mereka berniat berjalan dari terminal menuju rumah di komplek perumahan yang sama sepertiku. dan benar saja. saat aku menghentikan motorku dan kutanyakan tujuan mereka, mereka memang jalan untuk pulang ke komplek perumahan yang sama denganku. karna tak tega kuajak mereka.

"dek ayo bareng." salah satu anak kecil yang perempuan menjawab "ngga usah mbak. makasih." sementara satunya lagi yang laki-laki malah berlari menjauhiku.

bukan aysha namanya kalo nyerah gitu aja. setelah kubujuk terus akhirnya si kecil yang perempuan mau naik ke motorku. sementara yang laki bener-bener ngga mau. heran aku.

"dek tenang aja. aku ngga bakal nyulik kamu." tapi tetep ngga ada tanggepan.
"mbak, nanti aku turunin di pojokan komplek aja. ntar biar aku jalan sama dia."
"em, yaudah."

kuantar dia sampe pojokan komplek. dia turun dan mengucapkan terima kasih. aku berniat setelah anak laki-laki itu sampai aku ingin mengajaknya pulang. tapi si anak perempuan malah berkata "mbak jangan anter saya sampe rumah. nanti mama marah." aku mulai diam, bingung. "emangnya kalo mama marah kenapa? aku kan ngga niat nyulik kamu."
"nanti aku dipukul mama."
"kamu dipukul mama?!"
"iya"
"kok mama nya jahat gitu?"
"iya emang jahat. aku aja sering dipukul."

ya Allah..

"selain dipukul sering diapain?"
"kalo nakal nanti ngga makan" (terus adeknya ngomong dihukum apa lagi cuma aku lupa. daripada salah mending ngga usah kutulis.)
"kalo sekolah dapet uang saku?"
"engga. dikasih jajan dari rumah."
"hm.. rumahmu mana?"
"blok ***. lagian itu panti asuhan kok."
"panti asuhan? jangan-jangan panti asuhan *** ?" tanyaku kaget.
"iya mbak."

aku ingin menolong mereka. tapi aku nggatau kapan kami bisa bertemu lagi. akhirnya muncul sebuah ide.

"adek aku tinggal dulu ya. tolong tunggu disini sebentar."
"iya mbak."

aku segera pulang ke rumah. yang ada di pikiranku cuma ingin memberi uang saku untuk mereka. semoga mereka bisa tersenyum. tapi karna uangku sudah habis untuk keperluan laporan dan insiden kecelakaan saat pagi jadinya aku pulang untuk mengambil jatah uang saku minggu depan.

what the food..

bunda ngga punya uang receh. punyanya lembar biru. akhirnya aku pergi ke tetangga untuk tukar uang. setelah dapat aku langsung melaju ke tempat anak perempuan tadi dan ternyata dia sudah berjalan ditemani anak laki-laki. aku segera menyusul mereka dan lagi-lagi anak laki-laki itu pergi. duh greget banget.

"dek itu temen kamu kenapa sih?" tanyaku pada anak perempuan itu.
"dia emang gitu mbak ngga mau sama orang yang ngga dikenal."
"takut dimarahin mama ya."
"iya paling"
"yaudah sekarang kamu aku anter sampai deket panti asuhan ya."
"hm.. ya."

akhirnya aku mengantarnya sampai di deket panti asuhan. anak perempuan itu tidak segera pulang. dia ingin menunggu teman laki-lakinya itu. dia duduk di rerumputan. aku ikut duduk di sebelahnya. aku ingin tau lebih jauh tentang anak ini. tapi sebelumnya..

"dek ini ada uang buat jajan kamu sama temenmu."
"makasih mbak" jawabnya sambil tersenyum.
"ayo uangnya dimasukkin tas. nanti kalo ketauan mama dimarahin lho."
"haha iya mbak."
"eh kamu boleh ngga keluar terus main?"
"main? kemana?"
"em, ke CC misalnya. kalo boleh aku ajak kamu main deh."
"hm.."
"ngga boleh kalo sama orang ngga dikenal ya?"
"hm.. ngga tau mbak."

aku hanya tersenyum.

"nama kamu siapa dek?"
"Debora"
"terus temenmu yang laki-laki tadi namanya siapa?"
"Lukas, mbak"
"hm.."

aku diam sesaat, lalu bertanya lagi.

"Debora sejak kapan di panti asuhan?"
"hm, lupa. pokoknya setelah ayah sama ibu cerai."
"terus Debora kok malah di panti asuhan?" tanyaku hati-hati.
"ayah nikah lagi. ibu kerja di Malaysia."

aku terdiam lagi. menghela nafas dan menikmati angin.

"sekarang Debora kelas berapa?"
"kelas 3. kalo mbak?" aku cukup senang ditanya balik.
"aku kelas 12" jawabku sambil tersenyum.
"sekolah mana mbak?"
"aku sekolah di farmasi. SMK Yayasan Pharmasi."

dia diam saja.

"kenapa? ngga tau tempatnya ya?"
dia tersenyum "iya mbak."
"kalo Debora sekolah dimana?"
"***"
"di panti yang sekolah disana cuma Debora sama Lukas?"
"sama (lupa namanya)"
"kok pulangnya cuma sama Lukas?"
"aku sama Lukas pulang siang. kalo (nama temennya) pulang pagi."
"oh gantian ya kelasnya?"
"iya."
"kamu kalo dipukul mama.. pake apa?" tanyaku hati-hati lagi.
"pake sapu, mbak."
"pernah pake tangan?"
"pernah. tapi seringnya pake sapu"
"emang kamu nakalnya gimana?"
"aku sering dituduh temenku ngambil buku paket. ya seringnya kaya gitu. nanti mama marah terus mukul."
"kamu sering nangis?"
"iya, mbak. sakit.."
"tapi kamu seneng kan punya temen banyak di panti?"
"iya, mbak."

aku kembali menghela nafas.

ya Allah.. maafkan aku yang sering mengeluh ini ya..
ya Allah.. kasihanilah mereka.. jangan biarkan mereka tersiksa jauh lebih dari ini..
ya Allah.. mereka sudah tidak punya orang tua. setidaknya berilah mereka orang tua yang mau mengasihi mereka dengan baik dan tulus..

"eh ngomong-ngomong Lukas kok belum sampai juga ya?"
"dia lewat jalan pintas paling mbak. lewat sawah."
"eh? yaudah ayo kamu kuanter sampe deket panti. nggapapa kok ngga bakal ketauan."
"iya mbak."

setelah itu Debora kuantar sampe dekat panti asuhan.

"makasih ya mbak. makasih."
"sama-sama" jawabku sambil tersenyum.

tiba-tiba ada laki-laki remaja naik motor mendekati Debora. gadis kecil itu segera berlari ke sawah.

"woy!" laki-laki itu berniat mengejar tapi Debora sudah terlalu jauh. aku segera balik arah untuk pulang. tapi laki-laki itu mengikutiku.

"mbak, kamu siapanya?"
"saya ngga siapa-siapanya. saya cuma ketemu dia terus saya ajak jalan-jalan di sekitar sini."
"oh.."
"terus mas nya siapa kok ngejar-ngejar dia sampe dia lari ketakutan gitu?" tanyaku sinis. jujur aku benar-benar takut. tapi aku harus berani.
"oh saya temennya kakaknya dia. dari tadi kok ngga pulang-pulang. kemarin dia tu malah pulang jam 9 malem, mbak. dari kemarin saya yang bantu nyariin dia.

dia bohong..

itu yang terlintas dipikiranku. aku semakin takut. dia masih juga mengikuti motorku.

"oh.."
"mbaknya sekolah dimana?"
"aku sekolah di farmasi."
"farmasi yang dimana mbak?"
"SMK Yayasan Pharmasi"
"yang dimana sih mbak?"
"yang di Tlogosari itu, mas."
"STEMBA?"
"bukan, mas."
"terus dimana sih?"

dan aku segera menyesali semuanya. aku semakin membahayakan hidupku dengan menjawab semua pertanyaan-pertanyaannya. Ya Allah gimana ini.. 

"mbak?"
"pokoknya di tlogosari, mas"
"oh haha, sekarang kelas berapa mbak?" aku hanya tersenyum dan membalas pertanyaannya
"udah ya mas saya pulang dulu."
"oh iya mbak saya juga mau pergi kok. duluan ya mbak."

dan dia pergi dengan motornya yang melaju kencang ke arah luar komplek perumahan.

aku segera berbalik menuju dekat sawah tempat Debora lari tadi. ternyata dia sudah disana bersama Lukas. dan lagi-lagi Lukas ngumpet di balik pohon. 

"tadi siapa?" tanyaku pada Debora.
"nggatau tu mbak. dia sukanya nggangguin aku sama adekku."

tuh kan laki-laki tadi bohong.. Debora kan punyanya adek. jadi udah pasti laki-laki tadi bohong.

"yaudah kamu cepet masuk panti gih sama Lukas juga. ntar digangguin lagi."
"iya mbak. makasih ya."
"iya" aku memberikan senyum terakhirku sebelum meninggalkan mereka.

perjalanan menuju rumah terasa mengerikan. meskipun jaraknya dekat aku tetap takut. mungkin orang-orang yang mengetahui hal ini malah akan menyalahkanku. mungkin mereka akan berkata "ngurusi urusan orang lain sih" dan sebagainya. aku tidak peduli. aku hanya berharap Allah masih berbaik hati melindungiku.

sampai di rumah aku langsung ganti pakaian, masuk kamar, menyalakan kipas angin, dan tertidur.

rasanya baru sebentar memejamkan mata tapi sudah dibangunkan bunda.

"Ais udah sore, adeknya dijemput."
"iya, bunda"

nggapapa lah capek bentar. tinggal jemput adek, bersih-bersih rumah terus santai..

harapan tinggal harapan. ternyata Allah masih belum mengijinkanku bersantai dengan tenang..

.. *bersambung (lagi)*

~~~

wait for my next postingan (if you're not bored to read my story). thanks! :))


Semarang, 4 November 2013

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "31 Oktober 2013 (2)"

Post a Comment